Gudang dan Pengelola Influencer

Di dunia musik, nama Trinity Entertainment Group tentu sudah tak asing lagi. Perusahaan yang bergerak di bidang musik dan entertainment ini sudah banyak mengorbitkan musisi-musisi besar dan mewadahi bakat mereka di bawah manajemennya. Berdiri sejak tahun 2003, Talent yang sukses berkarir di bawah Trinity Entertainment Group, di antaranya adalah UNGU, Rossa, Afgan, Sherina, hingga bintang muda dangdut seperti Lesti DA. Tak hanya dunia musik, Trinity Entertainment ternyata juga sudah merambah ke dunia manajemen artis dan public figure, yang juga berperan sebagai influencer di media sosial.

Sebagai promotor, para influencer memiliki ragam profesi dan latar belakang yang berbeda. Namun kesamaannya satu: mereka terkenal dan memiliki pengaruh besar dalam satu komunitas atau segmen pasar tertentu, baik terbatas maupun luas. Ada yang profesinya dokter dan sering membuat konten kesehatan dan karenanya berpengaruh di kalangan masyarakat tertentu. Ada yang berprofesi sebagai seniman, musisi, model, sastrawan, hingga atlet dan guru. Ada juga yang memang pada dasarnya adalah seorang public figure atau artis yang sudah lalu-lalang di stasiun-stasiun televisi terkemuka dan memiliki pengaruh di kalangan penggemarnya. Umumnya, beberapa influencer mengolah konten dan punya tim manajemen sendiri dalam mengelola proyek yang diberikan.

Namun, banyak pula pemilik usaha yang lebih percaya pada influencer yang tergabung dalam perusahaan manajemen profesional yang memang terpercaya. Lewat manajemen profesional ini, konten yang dikeluarkan promotor bisa lebih terarah dan tidak salah sasaran. Salah satu manajemen profesional dalam bidang entertainment di Indonesia adalah Trinity Entertainment Group, yang lebih kita kenal sebagai label musik Trinity Optima Production (TOP) dan mengelola kegiatan, konten, hingga promosi puluhan artis dan public figure ternama di Indonesia. Tak hanya itu, TOP juga mengurus kegiatan banyak influencer terkenal. Tentu di sini yang jadi pertanyaan adalah: bagaimana cara mereka memilih dan mengelola talent sebanyak itu?

Saat ini, Trinity Entertainment Group bergerak di bidang music label dan manajemen artis sekaligus mengelola beberapa talent di bidang musik dan vokal. Mereka mencari artist alias talent scouting, menciptakan dan mengaransemen lagunya, mengurus marketing, distribusi, hingga mengembangkan brand dan image untuk si artisnya sendiri. Semua hal ini dilakukan agar semua potensi diri para talent jebolan TOP bisa lebih optimal, bisa menjadi brand ambassadorbrand spokesperson, hingga social media buzzer di samping pekerjaan utamanya sebagai penyanyi, musisi, atau aktor.


Bedanya Seorang Influencer dengan Brand Ambassador

Pada umumnya, kontrak kerja seorang brand ambassador lebih lama dan lebih panjang jangka waktunya (long-termed). Lebih banyak pula keterlibatan si artis atau influencer tersebut. Selain itu, sebagai brand ambassador, artis juga akan lebih hati-hati dalam memilih, karena ia harus yakin juga bahwa produk ini sesuai dengan image-nya maupun kepribadiannya. Aktivitas brand ambassador juga biasanya lebih banyak, seperti photoshoot, bikin TVC, bikin activationmeet and great, hingga store visit. Kalau influencer kan umumnya hanya berupakan kesepakatan untuk satu produk, dalam jangka waktu yang pendek, dan hanya sekali saja (short-termed).

Selain itu, brand ambassador merupakan representasi dari suatu brand dan tanggung jawabnya besar sekali. Kewajibannya pun lebih banyak dan jangka waktu kerjasamanya lebih panjang, misalnya saja seorang BA harus mewakili suatu produk selama 1 atau dua tahun, sesuai kontrak. Biasanya, kontrak brand ambassador mengikat dan tebal sekali, dan ada penaltinya jika melanggar. Satu lagi, umumnya jika sudah menjadi BA suatu produk, artis atau public figure akan dilarang bekerja sama dengan perusahaan atau produk saingan.

Sementara kalau endorser atau influencer jangka waktu kerjasamanya lebih sebentar, sekitar 1 atau 2 bulan, dan hanya di durasi waktu itu saja dia bekerja sama dengan brand tersebut. Dan tidak ada juga tanggung jawab atau keteriatan yang sebesar BA. Itulah perbedaan yang paling signifikan. Terakhir, seorang Brand Ambassador adalah wajah dari produk yang dipromosikan dan bisa juga menegaskan di segmen pasar mana produk tersebut berada. Misalnya saja, pemilihan BA seperti Dewi Sandra oleh Wardah, menunjukkan bahwa produk ini menyasar para perempuan muda sukses yang berhijab. Sementara influencer tidak memiliki kekuatan itu, hanya sebatas mempromosikan produk.

Dari industri musik sendiri, terbuka kemungkinan pegiat UMKM untuk menyuplai wardrobe artis dan musisi saat tampil. Selain itu, ada pula yang namanya endorse, untuk kebutuhan syuting, manggung, dan lain-lainnya. Jika memang tertarik bekerja sama, sahabat UMKM bisa menghubungi manajemen Trinity Optima atau –cara yang lebih populer—menghubungi langsung artis, musisi, dan public figure yang diinginkan melalui kontak yang ada di sosial media mereka masing-masing. Selain itu, Yonatan menyarankan agar teman-teman dari UMKM juga membuat konsep promosi yang menarik untuk si influencer, terutama jika lewat jalur “gratisan”. Sebab biasanya lewat jalur ini, si influencer menerima puluhan hingga ratusan permintaan setiap harinya. Jika tidak menawarkan sesuatu yang stand-out, tentulah promosi kita bisa tenggelam begitu saja tanpa mendapat perhatian netizen.

Kapan saatnya sebuah produk UMKM menggunakan influencer?

Hal paling penting adalah teman-teman harus lebih dulu benar-benar kenal baik dengan produk masing-masing. Kita juga harus sudah paham dengan apa yang kita mau. Teman-teman bisa menggunakan influencer saat produk milik teman-teman memang terlihat kurang berhasil mencuri perhatian masyarakat. Daripada tenggelam dan kalah dengan brand lain, ada baiknya teman-teman menggaet influencer.

Setelah yakin, saat konsep promosi sudah dibuat matang dan produk sudah siap, barulah teman-teman merencanakan budget. Kemudian, baru mencari influencer yang cocok dengan apa yang kita mau. Kesepakatan kedua belah pihak. Influencer biasanya juga punya ketentuan sendiri, misal terkait dengan kewajibannya dengan brand lain atau jadwal lainnya.

Media itu tak berbatas. Jika ada brand yang targetnya lokal, namun menyasar influencer yang followers-nya jutaan secara internasional, itu kurang tepat. Itulah kenapa strategi kampanye sangat penting, targetnya ke mana saja, berapa lama jangka waktunya, kapan waktu yang tepat untuk mulai, ingin mengeluarkan influencer untuk bagian apa, dll. Jika kampanye berhasil dan efektif, otomatis setelah brand dikenal, penjualan bisa ikut naik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>