Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas serta beretos kerja tinggi merupakan satu keadaan ideal untuk perusahaan yang ingin terus berkembang. Keberadaan SDM ini, akan menjadi kunci perkembangan usaha, tentu jika dikelola dengan maksimal. Namum tidak sedikit, karena satu dan lain hal, karyawan melakukan apa yang disebut turnover.

Istilah ini sendiri diberikan untuk karyawan yang meninggalkan posisi atau jabatannya dan berpindah ke perusahaan lain. Tentu saja hal ini merupakan kabar buruk untuk perusahaan terlebih jika karyawan tersebut memiliki apa yang diperlukan perusahaan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Dari internal perusahaan sendiri, tentu ada serangkaian kebijakan yang disusun agar karyawan bisa betah bekerja di perusahaan. Karyawan yang memiliki skill memang diperlukan, namun memiliki karyawan loyal juga merupakan anugerah lainnya. Untuk melihat beberapa sebab mengapa karyawan melakukan turnover, simak penjelasan berikut beserta cara mengantisipasinya.

Kesalahan Penempatan pada Karyawan Berpotensi

etiap karyawan tentu memiliki skill tertentu yang diperlukan perusahaan, itu sebabnya karyawan tersebut direkrut. Ketika skill ini dikombinasikan dengan posisi yang tepat, makan karyawan tersebut dapat bekerja dengan sangat optimal dan mencapai kinerja terbaiknya. Sayangnya hal ini tidak selalu terjadi di perusahaan yang ada.

Kesalahan pembacaan potensi dan penempatan menjadi salah satu penyebab karyawan melakukan turnover. Perbedaan plotting kerja dan minat serta potensi karyawan yang dimiliki, akan menyebabkan karyawan tersebut tidak dapat berkembang dan mengalami stagnansi karir. Hal ini juga terjadi tidak hanya karena kesalahan perusahaan, namun juga kegagalan karyawan dalam melakukan adaptasi.

Manajerial yang ‘Menimbun’ Potensi

Menimbun di sini diartikan sebagai upaya pencegahan karyawan dengan potensi atau skill tinggi untuk mendapatkan promosi. Wajarnya, jenjang karir akan diberikan pada karyawan yang berprestasi sehingga karyawan tersebut bisa menempati jabatan yang lebih tinggi sesuai dengan prestasi dan pencapaian yang diberikannya untuk perusahaan.

Namun pada kasus ini, jajaran manajerial dengan sengaja menghambat karir si karyawan dengan tujuan agar bisa ‘menggunakan’ jasa karyawan tersebut lebih lama untuk satu tim. Selain itu, penghambatan ini juga upaya agar karyawan bisa memberikan kinerja yang tetap tinggi pada tataran gaji yang tetap.

Solusi utama dari penyebab turnover yang satu ini tentu adalah apresiasi pada setiap prestasi karyawan. Apresiasi yang diberikan bisa berupa promosi pada karyawan terkait, sehingga ia mendapat kenaikan jabatan yang layak. Jika memang perusahaan tidak mampu memberikan apresiasi yang layak, maka konsekuensinya adalah resiko karyawan tersebut mencari ladang yang lebih hijau.

Kesenjangan Payroll

Ketika terjadi satu fenomena tertentu, misalnya seperti revolusi industri yang terjadi belakangan ini, maka akan ada beberapa posisi atau jabatan yang akan mengalami kenaikan nilai jual. Kenaikan ini berupa tawaran payroll yang lebih besar karena dirasa peran yang dilakukan menjadi semakin krusial dalam perkembangan iklim industri.

Tak jarang, hal fundamental seperti payroll yang tidak sesuai menjadi alasan utama karyawan ‘meloncat’ ke perusahaan lain. Karyawan yang berada pada posisi yang tengah naik daun dan tidak mendapat kenaikan payroll akan memiliki pikiran untuk berpindah tempat kerja agar mendapat gaji yang lebih sesuai.

Hal ini bisa dicegah dengan selalu memperhatikan pergerakan nilai jabatan yang terjadi. Posisi SEO (Search Engine Optimizer) misalnya, beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan nilai yang signifikan karena semakin dibutuhkan. Perusahaan harus selalu memberikan penawaran yang menarik dan sesuai dengan tingkat payroll yang ditawarkan di pasar tenaga kerja. yang tidak sesuai menjadi alasan utama karyawan ‘meloncat’ ke perusahaan lain. Karyawan yang berada pada posisi yang tengah naik daun dan tidak mendapat kenaikan payroll akan memiliki pikiran untuk berpindah tempat kerja agar mendapat gaji yang lebih sesuai.

Jam Kerja yang Berlebihan

Mesin yang dioperasikan secara berlebihan demi tercapainya target produksi satu ketika akan mengalami kerusakan, demikian juga yang terjadi pada SDM perusahaan.  Jam kerja yang berlebihan yang dibebankan pada karyawan akan membuat karyawan kelelahan dan justru akan berdampak pada penurunan kinerja secara signifikan.

Jam kerja, lembur, target yang tidak masuk aka dan sistem kerja yang tidak sehat, akan menjadi pemicu lain untuk karyawan melakukan turnover. Karyawan juga bukanlah seorang yang pasif, dan tentu akan mencari informasi mengenai bagaimana iklim kerja di perusahaan lain dan apa yang ditawarkan. Ketika yang didapatkan karyawan tidak sesuai dengan harapannya, bukan tidak mungkin karyawan akan menyerah dan memilih keluar dari perusahaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>