Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan melakukan aliansi strategik yang disebabkan oleh kekurangan modal, kekurangan sumber daya, kurang inovatif dan juga memiliki pangsa pasar yang kecil. Dengan melakukan aliansi strategik maka dapat saling melengkapi kekurangan dari masing-masing pihak aliansi.
Kemudian dalam menjalankan aliansi strategik juga terdapat resiko yang akan dihadapi. Dalam buku Paul Trott, (2017, Innovation Management and New Product Development), Menurut Duysters et al., 1999; Vyas et al., 1995, bahwa penelitian di bidang kegagalan aliansi mengidentifikasi tujuh alasan berbeda:
- Kegagalan untuk memahami dan beradaptasi dengan gaya manajemen baru yang diperlukan untuk persekutuan,
- Kegagalan untuk mempelajari dan memahami perbedaan budaya antara organisasi,
- Kurangnya komitmen untuk berhasil,
- Perbedaan tujuan strategik,
- Kepercayaan yang tidak memadai,
- Tumpang tindih operasional dan atau geografis,
- Harapan yang tidak realistis.
Lalu dengan adanya faktor kegagalan tersebut maka akan berdampak pada aliansi strategik sehingga lebih sulit mencapai visinya dan menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan. Oleh karena itu, banyak perusahaan saat ini banyak yang tidak ingin melakukan aliansi strategik karena melihat banyaknya aliansi strategik yang gagal.
Aliansi strategik dapat memberikan manfaat kepada perusahaan termasuk meningkatkan kinerjanya. Berikut ini alasan mengapa perusahaan perlu melakukan aliansi strategik yaitu :
Menurut Siyamtinah (2009) menyatakan bahwa suatu perusahaan juga cenderung mencari partner yang memiliki kesamaan status, sebab hal tersebut akan membuat lebih memungkinkan pada kedua kelompok untuk meningkatkan kinerja dan komitmen dalam sharing biaya dan benefit pada suatu aliansi. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pihak aliansi strategik yang memiliki kinerja yang selaras biasanya lebih mementingkan tujuan seperti mendapatkan pelanggan baru, memperluas pangsa pasar, dan dapat mengurangi biaya perusahaan.
Adanya persaingan kompetitif yang ketat dalam pasar, dengan lahirnya banyak inovasi dari produk baru sehingga permintaan pasar menjadi berbeda, lalu terdapat kinerja perusahaan yang unggul. Oleh karena itu, pihak perusahaan melakukan aliansi strategik untuk mencapai keunggulan kompetitif. Dalam Jurnal Elvy Maria Manurung (2012), Menurut Michael porter (1990) bahwa 4 atribut determinan yang menentukan keunggulan kompetitif suatu bangsa, ini disebut sebagai “Porter’s Diamond of National Advantage”. Keempat atribut determinan tersebut adalah kondisi-kondisi faktor, kondisi-kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, strategi perusahaan, struktur, dan persaingan.
Berikut ini solusi untuk menghindari terjadinya resiko dalam menjalankan aliansi strategik yaitu :
Dalam menjalankan aliansi strategik diperlukan komunikasi dan juga pemberian informasi termasuk data perusahaan secara terbuka dan transparan tanpa adanya kerahasiaan pihak aliansi sehingga dapat mempermudah untuk menerima informasi dan juga tidak terjadi miskomunikasi,
Pihak aliansi strategik harus saling bertoleransi antar pihak dan mendukung satu sama lain,
Kepercayaan menjadi sesuatu hal yang sangat penting sehingga perlu melakukan riset terhadap potensi mencapai target dengan mencari informasi sebanyak banyaknya terkait calon partner,
Dalam menjalankan aliansi strategik, manajer harus lebih cermat dalam menghadapi permasalahan bisnis baik secara internal maupun eksternal dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi perusahaan agar dapat mempertahankan keberlangsungan bisnis,
Pihak perusahaan harus dapat mengalokasikan karyawan sesuai dengan bidang keahliannya agar dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko aliansi strategik memiliki peran penting dalam penentu aliansi perusahaan akan sukses atau tidak. Meskipun perusahaan yang sudah melakukan aliansi strategik telah lama, tetap harus memperhatikan resikonya dan tidak untuk mengabaikannya. Oleh karena itu, dengan menjalankan aliansi strategik menjalan dengan baik dan efisien maka akan mendapatkan sumber daya yang mencukupi, mendapatkan pengetahuan baru baik pengetahuan tacit maupun eksplisit.
Leave a Reply