Berbeda dengan bisnis komersial, bisnis sosial menyatakan bahwa tujuannya adalah memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat rentan. Bisnis sosial tidak menempatkan pencarian keuntungan sebagai tujuan, melainkan sebagai cara untuk mendapatkan sumberdaya yang lebih banyak lagi untuk membantu memecahkan masalah. Pertanyaannya, bagaimana tujuan tersebut bisa dicapai?
Akan menjadi sangat mudah bila sejak awal pendiriannya seluruh pendiri menyepakati tujuan pemecahan masalah itu. Biasanya, kesepakatan tentang tujuan tersebut muncul karena dua hal. Pertama, para pendiri itu melihat sebuah permasalahan yang penting dan urgen untuk diselesaikan. Kedua, para pendiri mengetahui dan merasa bahwa mereka mampu untuk membantu memecahkan masalah tersebut.
Penting juga untuk diingat bahwa mungkin saja pemikiran tentang model bisnis sosial tidak datang sejak sebelum pendirian. Bisa jadi, perusahaan yang awalnya didirikan dengan model bisnis komersial kemudian mengalami transformasi. Biasanya, karena pemiliknya melihat bahwa diri dan perusahaannya bisa menyumbang lebih besar kepada masyarakat dibandingkan sebelumnya. Kalau hal ini terjadi, maka transformasi bisa dilakukan untuk membuat perusahaan mengadopsi model bisnis sosial.
Mungkin saja hal tersebut hanya perlu dilakukan dengan perubahan visi dan misi yang tidak radikal. Kalau ada sebuah rumah sakit yang tadinya beroperasi sebagai bisnis komersial hendak menjadi sebuah bisnis sosial, maka perubahan visi dan misi mungkin diperlukan terkait dengan bagaimana pasien dari kalangan tak mampu bisa diutamakan, dengan biaya yang disubsidi. Kalau ada sebuah restoran hendak berubah menjadi bisnis sosial, mungkin visi dan misinya bisa dibuat dikaitkan dengan layanan produk makanan dan minuman dengan nutrisi yang baik dan berharga terjangka untuk mereka yang berasal dari kelompok ekonomi lemah.
Namun contoh-contoh itu biasanya hanya terjadi pada perusahaan keluarga atau perusahaan yang masih berskala kecil. Pada perusahaan publik serta yang berskala raksasa, perubahan tujuan menjadi bisnis sosial jauh lebih sulit dilakukan. Namun, kini ada banyak pengelola CSR di dalam perusahaan-perusahaan itu yang menjadi social intrapreneur. Mereka tetap bekerja dalam sebuah perusahaan komersial, namun mereka mengarahkan sumberdaya terbaik untuk benar-benar membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Mereka menggunakan seluruh kemungkinan yang ada—peluang bisnis, kesempatan kerja, dan projek pengembangan masyarakat—untuk membantu kelompok masyarakat rentan.
Lebih jauh daripada itu, para social intrapreneur bahkan memikirkan bagaimana mereka bisa mendukung pendirian berbagai perusahaan sosial. Mereka biasanya mengadakan lomba yang menghasilkan ide untuk menolong masyarakat dengan pendekatan bisnis, kemudian menyediakan hadiah berupa bimbingan manajemen dan modal awal untuk mewujudkan perusahaan sosial itu.
Leave a Reply