Pada Juli lalu, media sosial sempat gaduh akibat unggahan Instagram Story milik seseorang yang mengaku lulusan Universitas Indonesia (UI), menolak gaji Rp 8 juta.

“Jadi tadi gue diundang interview kerja perusahaan lokal. Dan nawarin gaji kisaran 8 juta doang. Hellooo meskipun gue fresh graduate gue lulusan UI Pak!! Universitas Indonesia,” demikian bunyi unggahan tersebut.

Warganet dari berbagai kalangan yang melihat postingan tersebut sontak bereaksi. Ada yang pro, ada pula yang kontra.

Namun terlepas dari semua itu, lulusan universitas memang seyogianya tidak lagi hanya menggantungkan hidup dengan bekerja sebagai pegawai.

Sebaliknya, generasi muda apalagi lulusan universitas seharusnya mampu menciptakan lapangan kerja alias berwirausaha (entrepreneur), seperti yang dicanangkan Pemerintah selama ini.

Menjadi pebisnis bukan perkara mudah

Kendati demikian, menjadi entrepreneur ternyata bukan perkara mudah. Sebab praktiknya tak sekadar mengambil barang dari produsen kemudian menjualnya.

Lebih dari itu. Seorang entrepreneur harus mampu menciptakan sebuah inovasi. Ini disampaikan Ina Liem, Founder sekaligus CEO Jurusanku.com saat memberikan materi entrepreneurship di hadapan 88 pemenang Beasiswa Juara Avian Brands.

Ina menekankan, kemampuan berinovasi kian penting karena ini yang akan menentukan keberlangsungan jalannya sebuah bisnis. Apalagi, ekonomi di masa depan bukan lagi berbasis pada sumber daya alam, melainkan inovasi teknologi.

Untuk menghasilkan bisnis berbasis inovasi dan mampu menarik minat investor, Ina membagikan beberapa caranya. Pertama, berangkat dari masalah.

Ina mengatakan, esensi menjadi entrepreneurship adalah kemampuan menemukan masalah dan menyelesaikannya (problem solving) dengan solusi yang bernilai (create value).

Sederhananya, bisnis yang baik bukan dimulai dari ide atau model bisnisnya, melainkan berangkat dari masalah yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Meski terdengar sepele, jangan sampai kecele. Sebab pada praktiknya tak sedikit yang masih kesulitan menemukan masalah.

Makanya, Ina menekankan, seorang pebisnis juga perlu mengasah sisi kepekaan sosialnya (social awareness). Caranya, sering-sering melihat apa yang orang lain butuhkan.

Formula kedua, Ina mengatakan, inovasi terbaik lahir karena terjalinnya radical collaboration (kolaborasi radikal).

Adapun kolaborasi radikal yang dimaksud adalah bergaul dengan orang lain dari berbagai latar belangkang. Baik itu ilmu, ras, agama, gender, hingga kelas ekonomi.

Untuk hal tersebut, Ina menjadikan Shinta VR, startup berbasis teknologi Virtual Reality (VR) asal Jakarta sebagai contohnya.

Shinta VR didirakan oleh dari tiga orang dengan latar belakang berbeda, mulai dari disiplin ilmu, kampus, bahkan kelas ekonominya.

Ada Akira Sou lulusan Ilmu Komputer Universitas Waseda di Jepang, kemudian Andes Rizky lulusan Ilmu Fisika Universitas Indonesia, dan Andrew Steven lulusan Ilmu Virtual Reality (VR) Universitas RWTH Aachen di Jerman.

“Jadi jangan takut bergaul dengan orang dari berbagai ras, gender, suku, agama, bahkan kelompok ekonomi sekalipun,” tekan Ina kepada seluruh pemenang Beasiswa Juara Avian Brands.

Selama materi berlangsung, para peserta workshop tampak begitu fokus mendengarkan. Malah, beberapa anak terlihat mencatat poin-poin penting yang Ina sampaikan.

Salah satu peserta sekaligus pemenang Beasiswa Juara, Maariful Arifa (20) mengaku tercerahkan dengan adanya pembekalan tersebut.

“Ya aku pribadi sangat terkesima ya, apalagi ketika tahu kalau semangat dan kemauan aja enggak cukup dalam menjalankan sebuah bisnis. Kita harus bisa menawarkan problem solving dan solusi itu juga harus punya value,” tutur mahasiswa jurusan teknologi industri Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Hal senadaturut diungkapkan Jassinca Chrissma Audina (20), mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Tadulako, Palu.

“Awalnya kurang tertarik, tapi setelah dengar sampai akhir itu perlu sekali. Saya juga sadar bahwa pemikiranku selama ini salah. Saya pikir kemauan saja sudah cukup, tapi ternyata banyak yang dituntut. (Bisnis yang) kita (bangun) benar-benar harus mampu menyelesaikan masalah,” katanya.

Sebagai informasi, Beasiswa Juara adalah program kerja sama Harian Kompas dengan Avian Brands dalam mewujudkan komitmennya untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Adapun beasiswa tersebut diperuntukkan bagi para mahasiswa Strata Satu (S1) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Selain bantuan dana pendidikan, para pemenang Beasiswa Juara juga diberikan bekal pengembangan potensi diri lewat workshop yang diisi pembicara profesional di bidangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>